Dampak Hg, Pb dan Cr pada Kesehatan


            Pencemaran logam mungkin sedikit terdengar lebih asing dibandingkan jenis pencemaran lainnya. Pencemaran air, udara maupun tanah. Namun sebenarnya ia merupakan salah satu himpunan bagian dari beberapa penyebab pencemaran-pencemaran tersebut yang disebabkan oleh logam berat tertentu. Bahkan hal ini merupakan permasalahan yang sangat serius untuk ditangani karena merugikan ekosistem, satwa dan lingkungan secara umum. Mengingat kasus merkuri di Minamata Jepang pada 1953 banyak dilaporkan pencemaran logam yang terjadi dan kasus Teluk Buyat, Minahasa, Sulawesi Utara yang merupakan lokasi pembuangan limbah tailing (lumpur sisa penghancuran batu tambang) milik PT. Newmont Minahasa Raya (NMR), sejumlah ikan ditemui memiliki benjolan semacam tumor dan mengandung cairan kental berwarna hitam dan lender berwarna kuning keemasan. Tidak luput dari sejumlah penduduknya memiliki benjolan di leher, payudara, betis, pergelangan, pantat dan kepala. Dan sejumlah laporan dari WALHI dan KLH bahwa penyebab kejadian tersebut adalah kontaminasi dari beberapa logam berat yang telah mencemari air laut disekitarnya.           
     Sebenarnya apa sih yang dimaksud logam berat? Sebagian orang awam mungkin berpikiran bahwa logam berat adalah logam yang ukurannya besar dan densitas yang cukup berat seperti aluminium, besi, baja dan tembaga. Ya! Itu defisinisi sederhanya. Menurut Darmono (1995), logam berasal dari kerak bumi berupa bahan-bahan murni organic dan anorganik. Secara alami siklus perputaran logam adalah dari kerak bumi ke lapisan tanah, ke makhluk hidup, ke dalam air, selanjutnya mengendap dan akhirnya kembali ke kerak bumi. Isltilah logam secara fisik mengandung arti suatu unsur yang merupakan konduktor listrik yang baik dan mempunyai konduktifitas panas, mempunyai rapatan, mudah ditempa, kekerasan dan keelektropositifan yang tinggi.                      Menurut Connell dan Miller (1995), logam berat adalah suatu logam dengan berat jenis lebih besar. Logam ini memiliki karakter seperti berkilau, lunak atau dapat ditempa, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang tinggi dan bersifat kimiawi, yaitu sebagai dasar pembentukan reaksi dengan asam. Selain itu logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih besar dari 5 gr/cm3 , mempunyai nomor atom lebih besar dari 21 dan di bagian tengah daftar periodik.            Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek khusus pada makhluk hidup (Palar, 1994). Logam berat dapat menadi bahan racun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup, tetapi beberapa jenis logam masih dibutuhkan oleh makhluk hidup, walaupun dalam jumlah yang sedikit. Daya toksisitas logam berat terhadap makhluk hidup sangat tergantung pada spesies, lokasi, umur (fase siklus hidup), daya tahan (detoksikasi) dan kemampuan individu untuk menghindarkan diri dari pengaruh polusi. Logam berat mempuyai afinitas terhadap sulfur dan enzyme dengan membentuk ikatan dengan grup sulfur dalam enzim. Protein (-COOH), asam karboksilat grup amino (-NH2) mudah membentuk ikatan dengan logam berat, misalnya dengan ion Cd, Co, Pb dan Hg. Jika kita pahami lebih jauh sulfur, protein dan grup amino mempunyai S, N, dan O yang memiliki pasangan electron bebas sangat disukai oleh logam berat yang bermuatan positif sehingga berbentuk ikatan kovalen koordinasi. Logam berat akan berikatan dengan membrane sel sehingga menghalangi proses transport yang melalui dinding sel, logam berat juga dapat mengendapkan senyawa biofosfat dan mempercepat proses dekomposisinya.            
          Seberapa berbahayakah memang unsur-unsur logam tersebut? Ehhmm, sebagian  logam berat merupaka unsur esensial bagi tubuh. Seperti halnya besi merupakan logam yang dibutuhkan dalam pembentukan pigmen darah dan zink merupakan kofaktor untuk aktifitas enzim (Wilson, 1988).  Namun, jika berlebihan dikonsumsi maka akan menimbulkan efek yang sangat fatal. Keberadaan logam berat dalam lingkungan berasal dari dua sumber. Pertama dari proses alamiah seperti pelapukan secara kimiawi dan kegiatan limbah industri (Connel dan Miller, 1995). Dalam neraca global sumber yang berasal dari alam sangat sedikit dibandingkan pembuangan limbah akhir di laut (Wilson, 1988).Logam berat umumnya bersifat racun terhadap makhluk hidup walaupun beberapa diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil. Melalui berbagai perantara, seperti udara, makanan, maupun air yang terkontaminasi oleh logam berat, logam tersebut dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan sebagian akan terakumulasikan. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus, dalam jangka waktu lama dapat mencapai jumlah yang membahayakan kesehatan manusia. Diantara logam berat tersebut, kita bahas setidaknya 3 macam yaitu Hg, Pb dan Cr.

Hg, atau lebih familiar disebut sebagai air raksa. Bernomor atom 80, berat atom 200,59 gr/mol, titik didih 356,9 oC, dan massa jenis 13,6 gr/ml (Reilly, 1991). Merkuri dalam perairan dapat berasal dari buangan limbah industri kelistrikan dan elektronik, baterai, pabrik bahan peledak, fotografi, pelapisan cermin, pelengkap pengukur, industri bahan pengawet, pestisida, industri kimia, petrokimia, limbah kegiatan laboratorium dan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan baku bakar fosil (Suryadiputra, 1995). Raksa banyak digunakan sebagai bahan amalgam gigi, termometer, barometer, dan peralatan ilmiah lain, walaupun penggunaannya untuk bahan pengisi termometer telah digantikan (oleh termometer alkohol, digital, atau termistor) dengan alasan kesehatan dan keamanan karena sifat toksik yang dimilikinya. Unsur ini diperoleh terutama melalui proses reduksi dari cinnabar mineral.  Densitasnya yang tinggi menyebabkan benda-benda seperti bola biliar menjadi terapung jika diletakkan di dalam cairan raksa hanya dengan 20 persen volumenya terendam.
Logam berat Hg berbahaya karena bersifat biomagnifikasi sehingga dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh organisme melalui rantai makanan. Organisme yang berada pada rantai yang paling tinggi (top carnivora) memiliki kadar merkuri yang lebih tinggi dibanding organisme di bawahnya. Logam berat dalam jumlah berlebihan dapat bersifat racun. Hal ini disebabkan karena terbentuknya senyawa merkaptida antara logam berat dengan gugus –SH yang terdapat dalam enzim. Akibatnya aktifitas enzim tidak berlangsung. Toksisitas merkuri terhadap organisme perairan tergantung pada jenis, kadar efek sinergisantagonis dan bentuk fisika kimianya (Hutagalung, 1989). Merkuri yang paling toksik adalah bentuk alkil merkuri yaitu metil dan etil merkuri yang paling banyak digunakan untuk mencegah timbulnya jamur. Alkil merkuri, terakumulasi dalam hati dan ginjal yang dikeluarkan melalui cairan empedu.
        Timbal atau timah hitam adalah sejenis logam lunak berwarna cokelat dengan nomor atom 82, berat atom 207,19, titik cair 327,5º C, titik didih 1725º C, dan berat jenis 11,4 gr/ml (Reilly, 1991). Logam ini mudah dimurnikan sehingga banyak digunakan oleh manusia pada berbagai kegiatan misalnya pertambangan, industri dan rumah tangga. Pada pertambangan timbal berbentuk senyawa sulfida (PbS).  Logam Pb bersifat toksik pada manusia dan dapat menyebabkan           keracunan akut dan kronis. Keracunan akut biasanya ditandai dengan rasa terbakar pada mulut, adanya rangsangan pada sistem gastrointestinal yang disertai dengan diare. Sedangkan gejala kronis umumnya ditandai dengan mual, anemia, sakit di sekitar mulut, dan dapat menyebabkan kelumpuhan (Darmono, 2001).Fardiaz (1 992) menambahkan bahwa daya racun dari logam ini disebabkan terjadi penghambatan proses kerja enzim oleh ion-ion Pb2+. Penghambatan tersebut menyebabkan terganggunya pembentukan hemoglobin darah. Hal ini disebabkan adanya bentuk ikatan yang kuat (ikatan kovalen) antara ion-ion Pb2+ dengan gugus sulphur di dalam asam-asam amino. Untuk menjaga keamanan dari keracunan logam ini, batas maksimum timbal dalam makanan laut yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI dan FAO adalah sebesar 2,0 ppm. Pada organisme air kadar maksimum Pb yang aman dalam air adalah sebesar 50 ppb (EPA, 1973 di  Hutagalung 1984).
       Logam kromium bernomor atom 24, berat atom 51,996, titik cair 1875oC, titik didih 2665oC, dan massa jenis 7,19 gr/ml (Reilly, 1991). Kromium merupakan logam yang keras, tahan panas, elektropositif, dan merupakan penghantar panas yang baik. Di alam unsur ini tidak ada dalam bentuk logam murni. Sumber alami kromium sangat sedikit, yaitu batuan chromite (FeCr2O4) dan chromic oxide (Cr 2O3) (Novotny dan Olem, 1994). Di perairan alami kromium jarang ditemukan dan biasanya dalam bentuk kromium trivalent (Cr 3+) dan kromium hexavalent (Cr 6+). Sumber Cr6+ berasal dari industri pelapisan logam dan produksi pigmen. Cr3+ banyak terdapat dalam limbah industry pencelupan tekstil, keramik gelas, dan dari kegiatan penyamakan kulit. Organisme akuatik dapat terpapar oleh Cr melalui media itu sendiri, sedimen maupun makanan (Effendi, 2003).Toksisitas unsur Cr terhadap organisme perairan tergantung pada bentuk kromium, bilangan oksidasinya, dan pH (Hutagalung, 1991). Penurunan pH dan kenaikan suhu dapat meningkatkan toksisistas Cr6+ terhadap organisme air. Toksisitas Cr 6+ lebih besar daripada toksisitas Cr 3+. Cr 6+ yang larut di dalam air sebagian besar diserap oleh ikan melalui insang sehingga akumulasinya paling banyak didapatkan pada insang daripada organ lainnya. Kadar kromium pada perairan tawar biasanya kurang dari 0,001 mg/l dan pada perairan laut sekitar 0,00005 mg/l. Kromium trivalen biasanya tidak ditemukan pada perairan tawar; sedangkan pada perairan laut sekitar 50% kromium merupakan kromium trivalent (McNeely et al., 1979 in Effendi, 2003). Kadar kromium yang diperkirakan aman bagi kehidupan akuatik adalah sekitar 0,05 mg/l (Moore, 1991 in Effendi, 2003). Kadar kromium 0,1 mg/l dianggap berbahaya bagi kehidupan organismelaut (Effendi, 2003). Kadar maksimum kromium untuk keperluan air baku air minum dan kegiatan perikanan menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 adalah sebesar 0,05 mg/l. Dalam tubuh dapat berakibat buruk terhadap sistem saluran pernafasan, kulit, pembuluh darah, dan ginjal.
      Secara umum nih, proses pencemaran air laut sehingga kita mengkonsumsi makanan laut alias seafoods nih bisa kita pahami begini. Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan, di mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air laut juga sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-lain). Kemudian, polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh fitoplankton.Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama dalam rantai makanan. Kemudian fitoplankton dimakan zooplankton. Konsentrasi polutan dalam tubuh zooplankton lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton karena zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan planktivores (pemakan plankton) sebagai tropik level kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan ikan atau hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator sebagai tropik level tertinggi.Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi polutan dalam tubuhnya paling tinggi di antara seluruh organisme laut. Kerang juga mengandung logam berat yang tinggi karena cara makannya dengan menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut tertelan.
       Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus dan bahkan bisa melebihi konsentrasi yang di air. Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Karena kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan. Makanan yang berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar juga tercemar. Demikian juga makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai dan laut yang tercemar juga mengandung bahan polutan yang tinggi. Salah satu polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah logam berat. WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO (Food Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat. Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai daya racun yang sangat potensil dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang menyebabkan kematian.Nah, … sudah tau prosesnya kan? Tapi jangan malah takut makan-makanan laut nih. Tenang aja … selama laut tersebut masih dalam keadaan aman dari kata pencemaran maka fine fine aja makan ikan laut. Dijamin, kandungan proteinnya malah yang bermanfaat banget. Jangan lupa, tetap menjaga lingkungan sekitar kita tetap aman dan nyaman. Hahaha :D . 

 Sumber Referensi
Connel, D.W. dan G.J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran.                    Jakarta :                 Penerbit Universitas Indonesia.
Darmono. 1995. Logam dan Sistem Makhluk Hidup. Jakarta : Penerbit                          Universitas                 Indonesia.
________. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran : Hubungan dengan                      Toksikologi                 Senyawa Logam. Jakarta : Penerbit Kansius.
Effendy. H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan                 Perairan. Yogyakarta : Penerbit Kansius.
Hutagalung, H.P. 1984. Logam berat dalam lingkungan Laut. Pewarta oceana.              IX No. 1                 tahun 1984.
Kompas, 2004. Pencemaran Teluk Jakarta lampaui ambang batas.                              www.kompas.comDiakses tanggal 5 september 2005.
Masdony. 2009. Logam Berat sebagai Penyumbang Pencemaran Air Laut.
         http://masdony.wordpress.com/2009/04/19/logam-berat-sebagai-                  penyumbang-                 pencemaran-air-laut/. Diakses tanggal 13 Januari 2015.
Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka                 Cipta.
Suryadiputra, I. N.N. 1995. Pengolahan Air Limbah dengan Metode Biologi.                Bogor :                 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut                      Pertanian Bogor.               

Komentar