Book Review :Kita Seperti Sepasang

Koleksi pribadi
(Mohon maaf, gambar miring. Belum sempat bisa edit, laptop rusak. Jadi ini pakai hape :( . )
Kali ini aku mau me-review buku KITA SEPERTI SEPASANG karya KANG JAJAD dan BERLIAN AYU. Bahasa dan isi aku randomin aja ya, karena jujur aku belum paham teknik resensi atau book review yang tepat itu bagaimana. Jadi, ini hanya sebatas sudut pandangku aja sebagai pembaca, bukan kritikus sastra. Hah? Kritikus sastra? Masih jauh atuh dayaku tak sampai. Ehehe.

Pertama kali aku nerima buku ini, sempat kaget. Kaget karena ternyata bukunya tipis yang sebelumnya aku kira tebal. Coba aku ngiranya tipis, pasti gak kaget. Ya ga? :D. Tapi, kan don't judge thing from its cover yah? Jadi santai aja. Tipis tapi isinya double. Kan asyik.

Halamannya sekitar berjumlah 40-an, jadi kamu bisa bayangkan seperti apakah tebal dan tipisnya. Covernya unik. Hitam putih, dengan sketsa sepasang laki-laki dan perempuan yang dibuat polos. Kalau diliat dari foto nih, elegan gitu kesannya.

Buku ini berisi kumpulan puisi dan cerpen yang dibuat berpasangan. Jadi habis cerpen judul satu, ada puisi yang menggambarkan cerpen satu. Begitu. Semua tema berkaitan dengan cinta. Cinta kekasih dan orang tua. So full with love feeling pada umumnya. Ada 16 judul yang kalau boleh jujur aku membacanya terasa seperti ada yang kesenduan, kesenangan, kebahagiaan dan harapan.

Dari ke 16 judul itu, yang paling menarik bagiku adalah Aku Rasa Dia Jantung Hatiku, Kita Seperti Sepasang dan Memesona.

Pada 'Aku Rasa Dia Jantung Hatiku', sebenarnya ceritanya sudah lumrah karena aku udah pernah membaca cerita demikian. Seorang murid yang jatuh cinta pada sang guru. Tapi yang membuatnya lebih berbeda adalah ketika si perempuan memberikan kesan pada pembaca bagaimana mereka saling mencintai. Sopan, kalem, saling memberikan inspirasi, bahkan mampu membentuk karakter si perempuan dengan baik. Jadi, buat kamu yang sering main cinta-cintaan nih, coba deh baca yang ini. Biar kamu paham, cinta itu gak cuma soal suka mandangin karena cantik/ganteng atau sering diajak halan-halan ke tempat yang romantis.

'Kita Seperti Sepasang' mengisahkan tentang kegalauan seseorang. Galau, kita kok seperti sepasang (kekasih) ya? Kita deket, kita saling tawa, sapa, tapi kita memang bukan siapa-siapa.
Ehehe, jadi intinya gitu fill-nya. Aku sih nangkepnya ini mereka lagi temenan deket gitu kali ya. Jadinya di situ ada istilah, 'bagaimana jika salah satu dari kita yang menikah duluan? Akan tetap inget, atau juga melupakan duluan?'. Eaaaks :D.

Pada 'Memesona' aku suka diksinya. Lebih terkesan padat dari yang lain. Jadi, bacanya puas gitu pokoknya.

Namun, dari beberapa cerpen, ada bagian yang gak aku pahami. Pertama yang judulnya Bianglala. Paragraf ke empat ada kalimat begini, "Suasana saat itu begitu mendukung, hingga tepat berada di puncak ketinggian, dia membicarakan suatu hal yang sama sekali tak aku mengerti. Aku spontan terkejut. Ada rasa takut, senang, bahkan muka bego pun terasa". Nah, ini gak dijelasin dia bicara apa? Tapi karena disitu ada rasa senang dan terkejut, aku ngiranya dianya nembak si tokoh "aku" gitu. Bener ga si? Ehehe.
Terus bagian ending ada kalimat, "Dia adalah kakak terbaik sepanjang masa." Lah, aku kaget. Ini kakak apa kekasih ya? Apa jangan-jangan kekasih tetapi diberi istilah kakak aja. Bingung aku tuh. Hiks.

Kedua, Istana di Surga. Pada kalimat "Aku memahami dengan baik bagaimana keadaan psikologis kalian saat ini." Aku gak paham, ini psikologis orang tuanya kenapa.

Jadi, menurutku ada bagian-bagian yang gak aku pahami. Aku juga gak tau, akunya yang lemot mikir atau penulis belum sepenuhnya memperjelas pesan yang disampaikan. Jadi ada beberapa paragraf yang kadang aku mikir itu tidak berkesinambungan. Jadi pahamnya putus nyambung gitu.

Tapi, over all, kesan yang muncul di kepala pas aku tutup buku ini selesai membaca adalah ceritanya klasik dan puisi feat. cerpennya yang saling menyempurnakan.

Beruntungnya aku tahu yang namanya buku kolaborasi. Jadi per judul itu gak ada nama penulis masing-masing, kan bukan antologi. Jadi setiap karya ini, udah dipikir menyatu dari dua otak penulis. Ya ga si? Apa aku sok tau ya. :D

Oke, deh. Sekian dulu review-nya ya. Semoga bermanfaat. Maafin kalau gak bagus. Ehehe.

Komentar

Posting Komentar