Dasar aku?

sketch a day

Malang, 4 Agustus 2019

Mari kita lengkapi malam ini dengan sebuah kelucuan yang tanpa disengaja. 
Mari kita bermain dengan 'lupa'.

21.35 WIB, Jl. Kelud, Kauman.

Temanku sudah berlalu. Pada malam yang cukup dingin ini, aku ditemani jaket Nake kebesaran-ku dengan warna biru dongker yang cukup membantu menjadi penghalang bagi udara ke dalam pori-pori kulitku. Di tangan kiriku ada tas abu-abu bertuliskan 'PATJARBOEKOE' dengan 3 buah buku  di dalamnya beserta cilok dan botol minum yang isinya masih belum berkurang dari volume awalnya.

Dan mari, saatnya pulang.

Tangan kananku menggenggam ponsel yang menampilkan pengemudi di lokasinya saat ini. Pengemudi itu sedang menuju ke lokasiku untuk menjemputku pulang ke kosan. Begini memang kalau punya sopir pribadi berbeda-beda dan bergantian setiap hari. Harus rela menunggu.

Tepat di depanku, sekelompok pemuda sedang bernyanyi diimbangi petikan gitar yang karenanya bernyanyinya bersamaan suara mereka mirip paduan suara di sebuah kompetisi tanpa pesaing. Suara mereka berlomba dengan decitan motor dan mobil beserta bunyi klakson-klaksonnya.

Ada pelangi...
Di bola matamu...

Begitu kata mereka.

Saat ini aku keburu pulang. Selain kosku akan ditutup 25 menit lagi, berada di suasana malam yang riuh dan sedikit gelap di lokasi yang aku kurang kenali membuatku sedikit tidak kerasan. Pengemudiku hampir sampai.

Nah, itu dia.

Honda Vario, plat sekian-sekian. Oke sip.

Aku sempat bingung saat menerima helm darinya. Go-Jek. Tapi yang aku pesan adalah Grab.
Ah, dulu juga aku pernah dapat driver Grab tapi helmnya pakai Go-Jek. Batinku. Lalu ku perhatikan jaket si pengemudi ini. Juga Go-Jek. Ah, paling punya dua-duanya. Batinku.

Pengemudi itu bergumam yang kedengarannya seperti menyebut namaku, memastikan apakah pelanggannya benar atau tidak. "Iya, Pak, benar" jawabku lincah.

"Jalan Ambawara, kan mbak?"

"Hah? Ambarawa?" Aku seperti mengenal nama jalan itu tapi itu bukan alamat kosku.

"Sumbersari, kan?"

"Iya, Pak"

Lalu akupun berangkat. Tepat di bundaran Idjen, pengemudi ini bertanya, "Mbak, nanti lewat jalan yang mana? Jl. Surabaya atau di mana?"

"Hmmm, mana, Pak ya. Saya nggak hafal. Pokoknya lewat Matos aja terus ke ITN"

Si Pengemudi ini tidak langsung mengangguk. Tapi meski aku hanya bisa melihatnya dari belakang helmnya, dia terlihat seperti berpikir. Bingung, mungkin.

Kita sudah melewati Matos. Pengemudiku tiba-tiba memelankan kemudinya yang jelas membuatku bingung.

"Mbak, lewat gang ini, kan?"

"Hah? masih lurus, Pak. Di ITN sana"

"Loh?"

"Kenapa, Pak?" tiba-tiba perasaanku tidak enak.

"Mbak namanya Mbak Isfi, bukan?"

"Hah? bukan, Pak"

Lalu aku cepat-cepat membuka ponselku, melihat notif di aplikasi Grab-ku.

"Mbakkk"

"Mbakkk, dmn y? kok g bls2?"

"Mbknya dmn???"

"Pakkk! Kayaknya saya salah driver"

Mungkin wajahku sekarang mirip Upin yang sedang ketahuan mencuri ayam goreng. Tidak nyaman dan sungkan.

"Yah... pantesan mbak. Ini pelanggan saya nge-chat saya nggak berhenti-berhenti. Saya bingung dari tadi ini"

"Pak, saya turun di sini saja ya. Pak maaf ya, Pak. Ini saya bayar separoh ya Pak" Lalu aku cepat-cepat turun tanpa ba-bi-bu.

"Nggak usah, mbak. Nggak apa-apa"

"Loh, Pak. Ini saya bayar. Maaf banget ya, Pak"

"Nggak usah, mbak. Nggak apa-apa" Lalu bapak ini segera menghubungi pelanggannya lalu pergi. Sementara aku tepat berada di Jl, veteran, Dinas Pendidikan Kota Malang, sudah cukup jauh dari lokasi penjemputan.

Ku balas chat dari pengemudiku yang sebenarnya. Aku minta maaf dan dia memintaku untuk membatalkan pesanan saja.

Bik, come on!
Hal-hal aneh yang sejak awal kamu sadari kenapa tidak kamu pastikan?

Kostum pengemudi yang jelas beda.
Nama jalan yang jelas juga beda.
Lalu sejak kapan Sumbersari kamu mikirnya Merjosari?

Ini bukan lupa.

Aku masih sadar. Mungkin karena efek dari saking ingin keburu pulang, aku menganggap hal-hal yang sebenarnya patut diragukan menjadi terabaikan.

Dalam perjalanan selanjutnya dari Jl. Veteran ke kosku, aku berdoa. Semoga ke dua pengemudi tadi yang sempat gagal pesanannya karena aku yang salah pengemudi tidak terjadi apa-apa, tidak mendapatkan peringatan dari atasan atau hal buruk lainnya.

Dan dasar aku.

Terimakasih karena sudah melewati hal yang keliru namun sebenarnya sudah biasa.

Karenanya, kamu manusia.


Komentar