Obrolan 1:25 AM

Malam sebelum menjelang titik 00.00 hari ini, aku masih belum merasakan kantuk. Mengingat pagi tadi aku mulai beraktivitas di laboratorium jurusan bersama dosen pembimbing, setelah tiga bulan terakhir aku hanya berkativitas di kamar kosan tanpa melakukan aktivitas berat yang banyak menguras tenaga, seharusnya aku merasa lelah dan mengantuk lebih awal dari biasanya. Tapi ternyata waktu tertidurku yang tanpa sengaja ketika sambil mendengarkan webinar via zoom selama dua jam di sore hari tadi mampu membuat mataku tidak ingin terpejam hingga pada detik ini. Beberapa kalimat dari pembicara webinar tadi sempat terngiang sebelum mataku terlelap dan bangun pada jam 7 p.m dengan mendapati si notebook mungilku mati karena kehabisan batre.

Setelah membersihkan diri, merapikan kamar, makan, dan menerima telefon dari keluarga di rumah, aku memutuskan untuk melanjutkan bacaan e-book-ku yang mungkin tinggal 100 halaman untuk ku selesaikan. Nonverisation. Novel karya Valerie Patkar yang mengisahkan tentang kehidupan sekaligus kehilangan.

Haha. Tidak sengaja aku tersenyum nanar saat sampai pada halaman sebelum bab akhir pada novel ini.

"There is no happy ending in life
Only probability exists:
Probability of failing
Probability of separating
Probability of getting fixed
Probability of being reunited

There is no happy ending in life
Only endless chances exist

Valerie Patkar"

"Awas, ya kalau ending-nya nggak happy ending" - kataku dalam hati seperti pembaca yang tidak ingin menerima kenyataan akhir yang menyedihkan meski pun itu yang seharusnya lebih baik terjadi. Lebih baik untuk para tokoh di dalamnya.

"Ya, masa aku baca sampe nangis-nangis tapi ujung-ujungnya kisahnya berakhir sedih. Huhu" - rengekku lagi. Lagi-lagi seperti meyakinkan keadaan bahwa setelah ada kesedihan pasti ada ujung yang bahagia. Sehingga waktu yang telah kita habiskan sebelumnya tidak hanya lenyap untuk kesan sesaat namun berbekas meninggalkan rasa puas.

Sampai akhirnya aku sadar bahwa aku terlarut dalam novel ini bukan hanya karena kisahnya, melainkan bagaimana setiap kalimatnya begitu menyentuh dan penuh dengan perasaan yang mungkin sulit dijelaskan oleh ungkapan kata. Suasana sepi menjelang tengah malam membawaku kepada kekhusyu'an untuk tidak hanya sekedar membacanya. Tapi mempelajarinya.

Hingga membawanya pada kepingan pikiran-pikiranku yang mulai penuh. Tentang masa lalu, pencapaian, penyesalan, kelemahan, kekuatan, keluarga, sahabat, dan orang-orang di sekitar, seakan-akan semuanya mengantre satu per satu untuk aku sambut satu per satu.

Bagaimana suatu kisah berakhir di dalam sebuah buku, tidak menjadikannya benar-benar berakhir. Pada akhirnya para tokoh itu sendiri yang menjalaninya. Tidak sampai hanya pada Pangeran bertemu dengan Permaisurinya atau si lelaki yang awalnya jahat kemudian menjadi baik dan hidup bahagia bersama si perempuan.

Tentang apapun itu, only endless chances exist.

Seakan-akan kemungkinan dan kesempatan lebih akhir untuk dimengerti di saat mereka selalu berada di baris pertama untuk diyakini. Keduanya cenderung dilupakan di saat kehadirannya lebih pasti daripada kepastian itu sendiri. Keduanya selalu dianggap punah oleh rasa di saat mereka tak pernah terbatas oleh waktu.

Aku berakhir dengan menyalakan notebook dan segera menuliskannya di sini. Isi pikiranku kadang kurang berkualitas dan tidak terarah. Kadang seperti sungai yang memiliki hilir, namun tak punya hulu. Lalu semua akan berakhir dengan mata yang mengawang pada langit-langit kamar atau terpejam tanpa bisa benar-benar terlelap.

youtube.com

Komentar