Antara Impian, Perjuangan dan Bahagia

Untuk mereka yang sudah berlari

Yang merasa lelah saat tiba di tujuan

Lalu melupakan semua arti perjuangan

Ketika orang lain memiliki impian sebanyak-banyaknya mereka bisa menjadi pemimpi yang tangguh, tetap berjalan tegak di atas bebatuan besar yang keras, melewati duri-duri yang tajam, pun tak pernah takut akan lumpur yang sewaktu-waktu bisa menghambatnya untuk melangkah.

Tekadnya bulat dan kokoh. Tak pernah menjadi kepingan-kepingan yang ingin ditinggalkan meski takdir belum bersahabat. Meski mereka harus terus terjaga untuk menjadikan semua impian itu nyata.

Setelah mereka berhasil memetik impiannya satu per satu yang menggantung di langit angkasa, mereka bahagia. Memeluk impian yang sesungguhnya ke dalam pangkuan, menjadikannya sebuah pencapaian yang luar biasa atas segala jerih payahnya yang tak tertandingi, lalu merawatnya sambil menjemput impian yang lain.

Akan selalu ada impian berikutnya. Yang mereka sambut dengan selalu membusungkan dada.

Karena hidup pun akan terus berlanjut hingga berakhir pada masanya.

Namun, ada juga mereka yang berani bermimpi lalu meraihnya dengan penuh perjuangan. Tak pernah berhenti berharap meski kadang ragu, tak pernah berhenti melangkah meski kadang ingin menyerah, tak pernah berhenti mencari jalan meski kadang kehilangan arah. Namun setelah mereka meraihnya, mereka selalu dihadapkan pada suatu pertanyaan;

Lalu setelah ini apa?

Impian apa lagi yang harus dikejar?

Mengapa harus dikejar?

Impian mereka seperti tangga yang kian meninggi untuk dinaiki. Satu per satu ingin ditapaki. Seperti bermimpi di malam yang tak berujung, mereka khawatir jika ingin berhenti sejenak namun mulai merasa letih saat harus menepis jarak.

Tiba-tiba mereka merasa lelah. Rasa lelah yang selama ini dirasakannya selama perjalanan, justru dirasakannya setelah sampai pada tujuan. Mereka tidak mengerti bahwa rasa lelahnya adalah sebuah pencapaian, sebaliknya yang mereka rasakan adalah pencapaian yang ternyata melelahkan. Lelah yang tidak tahu bagaimana mereka menepisnya.

Mengejar impian itu ternyata melelahkan. Katanya.

Alih-alih merasa lelah, mereka terus ingin bermimpi lagi. Sampai tidak tahu kiranya impiannya untuk apa dan kenapa mereka harus bermimpi. Mereka terus mengejar namun saat berhasil menggenggam, bahagia mereka hanya sesaat. Sesaat seperti mereka menangkap impian itu di pelukan lalu meletakkannya di peraduan.

Yang ada adalah sebuah kekhawatiran. Mereka mengkhawatirkan impian-impian mereka di masa depan. Apakah impian mereka berikutnya akan tercapai atau bahkan harus berbelok arah dan merubah tujuan.

Tapi tidak boleh berhenti. Katanya.

Mereka harus tetap mengejarnya lagi. Entah dengan kecepatan yang sama atau tidak. Mereka terus melihat ke puncak tangga itu hingga melupakan semua jerih payah dan pencapaiannya yang dahulu. Mereka menjadi lupa akan arti kerasnya berjuang, waktu yang diluangkan, bahkan orang-orang yang selalu mendoakan.

Mereka seakan hanya melihat bahwa mimpi mereka sebelumnya hanyalah sebuah pencapaian-pencapaian kecil yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan yang lain.  Sebagaimana impian mereka yang tak ada batas, bahagia mereka pun tak lekas, perasaan yang tak puas.

Mengapa harus dikejar? Tanyanya.

Mengapa tidak berjalan saja sebagaimana mestinya.

Mengapa tidak syukuri saja dulu apa yang ada saat ini. Mengapa tidak nikmati saja dulu apa yang dimiliki kini. Mengapa tidak berikan saja dulu apa yang dipunyai ini. Mengapa tidak peluk saja dulu impian yang sudah nyata ini. Mengapa tidak tanamkan dulu arti perjuangannya selama ini.

Satu per satu impian itu akan menemukan ruang dan waktunya. Tak perlu gusar karena masih belum terlihat ujungnya. Tak perlu kelelahan mengejar namun lupa pada perjuangan dan pencapaian yang telah terlaksana. Bahagia bukan hanya seberapa banyak yang telah didapat, seberapa cepat telah malangkah dan seberapa jauh telah mendarat. Bahagia juga adalah bagaimana menikmati dan mensyukuri impian yang sudah dipeluk dan tidak menjadikannya sebagai sesuatu yang bisa berlalu kapan saja.

Komentar

  1. Setiap impian memang punya waktu dan ruang masing-masing. Tinggal bagaimana kita mencapainya, lalu cara menikmatinya.


    Mantappsss!

    BalasHapus

Posting Komentar