Beta
– Amyloid sebagai Patogenesis Penyakit Alzheimer
Neurodegeneratif merupakan suatu kondisi patologis pada sel saraf
dimana sel saraf tersebut mengalami kehilangan struktur atau fungsi sebenarnya
secara progresif. Neurodegeneratif dapat terlihat dari adanya sel – sel saraf
yang mengalami degeneratif, yaitu mengalami tahapan-tahapan menuju apoptosis.
Akibat yang paling utama dapat terlihat dari kemampuan kognitif penderitanya
yang mengalami gangguan dan tidak berfungsi dengan baik dimana salah satu
diantaranya adala penurunan fungsi kinerja memori. Salah satu penyakit yang
terkait dengan kondisi neurodegeneratif ini adalah penyakit Alzheimer.
Klfki HW, dalam
bukunya yang berjudul Therapeutic Approaches to Alzheimer’s Disease
menyatakan bahwa penyakit Alzheimer merupakan penyebab tersering timbulnya
dementia dan menyebabkan gangguan kognitif pada populasi usia lanjut. Dementia
pada Penyakit Alzheimer memilki onset yang gradual dan adanya penurunan
kognitif secara berkelanjutan termasuk gangguan memori dan adanya satu atau
lebih aphasia (gangguan bahasa), apraxia (gangguan fungsi
motorik), agnosia (gangguan fungsi sensoris) dan gangguan fungsi
eksekutif seperti ketidakmampuan perencanaan, pengorganisasian serta melakukan
aktivitas normal. Karakter utama dari penyakit Alzheimer adalah penurunan
fungsi memori yang memburuk secara periodik dari waktu ke waktu.
Penyakit ini ditemukan
pertama kali pada tahun 1907 oleh seorang ahli Psikiatri dan Neuropatologi yang
bernama Alois Alzheimer. Ia mengobservasi seorang wanita berumur 51 tahun, yang
mengalami gangguan intelektual dan memori serta tidak mengetahui kembali ke
tempat tinggalnya, sedangkan wanita itu tidak mengalami gangguan anggota gerak,
koordinasi dan reflek. Pada autopsi tampak bagian otak mengalami atropi yang
difus dan simetri, dan secara mikroskopik tampak bagian kortikal otak mengalami
neuritis plaque dan degenerasi neurofibrillary.
Berdasarkan
autopsi tersebut, ada dua hallmark (tanda utama) di otak para penderita
Alzheimer yang membuatnya berbeda dengan otak orang-orang sehat. Pertama,
adanya perubahan struktur pada sel-sel syaraf di otak (menjadi lebih kusut dan
mengkerut). Fenomena ini disebut dengan neurofibrillary tangles (NFTs). Hallmark
lainnya adalah adanya plak-plak (plaques) di ruang-ruang sekitar sel syaraf
(mirip kerak di sel-sel otak) yang menyebabkan disfungsi pada otak.
Gambar 1. NFTs
dan plaques pada otak
Penyebab penyakit
Alzheimer ini diantaranya faktor genetik, lingkungan dan protein. Normalnya,
syaraf-syaraf otak berfungsi dengan baik jika terorganisir dengan baik. Sinyal
syaraf mengalir dari satu sel ke sel lainnya melewati area yang disebut sinaps
melalui neutransmitter, salah satunya adalah asetil kolin. Adanya NFTs
dan plak akan mengganggu komunikasi antar sel syaraf dan efek apoptosis.
Peptida beta-amyloid menyebabkan
munculnya plak-plak di otak penderita Alzheimer. Beta – amyloid sejatinya
adalah bagian hasil pemotongan dari sebuah protein besar yang bernama APP (Amyloid
Precursor Protein). APP ini berfungsi untuk memfasilitasi masuknya berbagai
molekul dari luar ke dalam sel. Begitu APP disintesis di dalam sel, dia akan
direlokasi untuk menempel di embrane sel. Pemotongan beberapa bagian protein
tersebut untuk membuat protein ini berfungsi normal yang dilakukan oleh enzim
alfa-, beta-, dan gamma sekretase. Namun pada kondisi patologis, pemotongan APP
terjadi dibagian yang tidak tepat. Akibatnya dihasilkan potongan-potongan
pendek APP yang disebut beta- amyloid dengan panjang sekitar 39-42 asam amino.
Gambar 2.
Proses terpotongnya APP membentuk
beta-amyloid & struktur beta-amylod
Beta- amyloid peptida merupakan
komponen protein utama pada plak neuritik yang merupakan karakterisitik dari
penyakit Alzheimer. Masters CL dkk (2006) dalam bukunya yang berjudul Alzheimer’s
Centennial Legacy: Prospects for Rational Therapeutic
Intervention Targeting the Aβ Amyloid Pathway menyatakan bahwa beta-amyloid
terkadang memulai aksi toksik sebelum terbentuknya fibril. Peningkatan derajat
Aβ soluble dan bukan plak Aβ berhubungan dengan disfungsi kognitif pada
penyakit Alzheimer. Adanya gangguan kognitif pada individu yang menderita
penyakit Alzheimer sangat kuat dihubungkan dengan hilangnya sinap yang melewati
region kortikal otak. Beta-amyloid akan cenderung menempel satu sama lain
sehingga membentuk gumpalan besar (oligomerasi). Oligomer beta –amyloid akan
kehilangan daya larutnya dan akhirnya mengendap menjadi kerak.
Hingga kini sekitar 35,6 juta
manusia menderita penyakit yang belum bisa disembuhkan itu. Laporan Badan
Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, setiap tahun 7,7 manusia menderita
Alzheimer. Setelah diagnosa, harapan hidup pasien Alzheimer rata-rata berkurang
menjadi cuma tujuh hingga sepuluh tahun. Pada beberapa kasus, pasien bahkan
mencapai stadium akhir setelah cuma lima tahunPara ilmuan dan dokter dunia
masih mengembangkan obat yang tepat untuk mengendalikan penyakit ini. Prof.
Huntington Potter. PhD, berpendapat bahwa obat untuk penyakit Alzheimer bisa
melindungi gerakan dari hambatan dan memungkinkan otak bisa bergenerasi dengan
baik.
Japardi, Iskandar. 2002. Penyakit Alzheimer.
Fakultas Kedoktaeran Bagian Bedah : Universitas Sumatera Utara
Kadek Ary Mahendri Pattni. Beta-Amyloid
Sebagai Patogenesis Pada Penyakit Alzheimer. Bagian / SMF Psikiatri Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah / Fakultas KedokteranUniversitas Udayana.
Klafki HW,
Staufenbiel M, Kornhuber J, Wiltfang J. Therapeutic approaches to
Masters CL, Beyreuther K. Alzheimer’s
centennial legacy: prospects for rational therapeutic intervention targeting
the Aβ amyloid pathway. Brain. 2006; 129: 2823-2839.
Komentar
Posting Komentar