1.
BIOGAS
RUMAH
DI
KAMPUNG BIOGAS SLEMAN, YOGYAKARTA
1.
Penegrtian
Biogas adalah gas yang mudah terbakar yang dihasilkan melalui
fermentasi anaerob dari bahan-bahan organic dengan bantuan mikroba
methanogenik. Metana hampir tidak berbau dan tidak terlihat di siang hari
cerah. Itu terbakar dengan api biru yang jelas dan tanpa asap. Ini menghasilkan
panas yang lebih dari minyak tanah, kayu, arang, dan setiap bahan bakar
tradisional lainnya.
Dengan adanya kelebihan biogas tersebut, terdapat program BIRU
(Biogas Rumah) yang mendukung penerapan energi terbarukan (renewable energy),
untuk kalangan rumah tangga di wilayah pedesaan, salah satunya adalah Kampung
Biogas Sleman, Yogyakarta yang berlokasi kira-kira 4 km dari gunung Kelud.
2.
2. Bahan
Oragnik
Berikut
macam-macam bahan organik pada pembuatan biogas ;
-
Kotoran
bebek
-
Tinja
manusia
-
Kotoran
ayam
-
Kotoran
kambing
-
Kotoran
babi
-
Kotoran
domba
-
Kotoran
sapi/kerbau
-
Enceng
gondok
-
Kotoran
gajah
-
Jerami
(jagung)
-
Jerami
(beras)
-
Jerami
(gandum)
-
Serbuk
sisa gergaji kayu
Bahan –bahan tersebut bisa dicampur kecuali mulai enceng gondok dan
seterusnya. Jika menggunakan bahan campuran, hasil yang didapatkan lebih baik.
3. 3.
Manfaat
Biogas
Biogas adalah
salah satu energi alternative yang baru dan terbarukan. Apinya dapat diperoleh
secara gratis tanpa harus repot membeli gas elpiji, minyak tanah atau harus
kayu bakar, mengurangi waktu untuk mencari kayu bakar, mengurangi pencemaran
udara akibat CO2, turut memelihara kelestarian alam dan tersedianya pupuk
organic kualitas kuantitas yang tinggi (± 4 ton/year).
Berikut
perbandingan penggunaan biogas dengan energi lainnya ;
-
Gas
untuk memasak : 1 kompor gas per jam = 300 Ltr biogas (0.3 M3/kompor)
-
Gas
untuk penerangan 1 lampu per jam = 100 ltr biogas (0.1 M3/kompor)
-
Generator
Listrik 1 Kw (kilowatt) = 800 ltr biogas
-
Biogas
vs LPG, 1 ekor sapi menghasilkan 20 kg kot/hari setara dengan 0.06 m3 gas.
0.06 m3 x 20 kg = 1.2 m3
1.2 m3 x 4 ekor = 4.8 m3
4.8 m3 x 30 hari = 144 m3
Artinya dalam waktu 30 hari dengan 4 ekor sapi dihasilkan gas 144
m3. 1 m3 biogas setara 0.46 kg gas LPG dan 144 m3 setara 66.24 kg LPG (4.7
tabung LPG).
4. 4.
Proses
Produksi Biogas
-
Kotoran
dimasukkan ke dalam ruang pencampur (inlet)
-
Kotoran
dicampur air sesuai dengan perbandingan 1:1 untuk kotoran sapi kemudian (1:2)
untuk kotoran babi dan ayam. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan.
-
Mengalirkan
lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran
gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang
ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan
lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh
-
Dilakukan
pengadukan sampai kotoran habis masuk tangki reactor dan akan mengasilakan gas. Gas tersebut ditampung di
kubah (tempat penampung gas) yang mana gas inilah yang akan mendorong kotoran
secara otomatis keluar dengan sendirinya dengan tekanan dan proses hidrolisis menuju Manhole atau
tempat aliran Bio-Slurry (ampas yang dihasilkan) dan memasuki outlet.
-
Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari
ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari
ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun.
Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.
-
Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat
digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai
hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu
terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya,
digester terus diisi lumpur kotoran ternak secara kontinu sehingga dihasilkan
biogas yang optimal.
-
Gas
yang dihasilkan akan melalui saluran pipa yang sudah dihubungkan menuju kompor
atau lainnya. Gas ini akan mengalir jika katup gas dibuka.
Gambar
1. Ilustrasi proses produksi biogas
1. 5.
Bio
Slurry
Bio slurry
merupakan ampas yang dihasilkan dari produksi biogas. Bio blurry ini juga
banyak keuntungannya. Antara lain :
-
Peningkatan
pendapatan
-
Peningkatan
kesuburan lahan pertanian
-
Peningkatan
kualitas serta kuantitas panen tanaman budi daya
-
Sebagai
pupuk kolam dan campuran pakan ikan, belut, cacing tanah, ternak dan unggas.
Bio slurry cair bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organic, pupuk
hayatim bioaktifator, pengatur pertumbuhan, biofungisida, bioinsektisida dan
pelindung benih.
Bio slurry kering dimanfaatkan sebagai bahan pakan ayam, bebek,
ikan, kelinci, cacing tanah dan belut, sebagai media budaya tanpa tanah
(hidroponik) dan budidaya jamur.
PRODUKSI
GULA DARI TEBU
PT.
MADUKISMO YOGYAKARTA
Pada umumnya pemrosesan
tebu di pabrik gula dibagi menjadi beberapa tahap yang dikenal dengan proses
pemerahan (gilingan), pemurnian, penguapan, kristalisasi, pemisahan dan
penyelesaian (sugar handling). Terdapat beberapa reaksi kimiawi yang
terjadi pada proses produksinya. Seperti perubahan fase dari padat (tebu), cair
(larutan atau filtrate nira), koloid (nira yang mengental) dan kristalisasi
sehingga menjadi gula padat lagi.
Reaksi kimia yang terjadi pertama
yaitu pada proses pemurnian. Dimana nira mentah hasil perah diberi susu kapur
untuk membentuk inti endapan sehingga dapat mengadsorp bahan bukan gula yang
terdapat dalam nira dan terbentuk endapan yang lebih besar. Berikut reaksi
anatara kapur dan phosfat :
CaCO3(s)
à CaO(s)
+ CO2(g)
CaO(g)
+ H2O(l) à
Ca(OH)2 + 15.9 Kcal
Ca(OH)2
à Ca2+
+ 2 OH–
3Ca2+
+ 2PO43– à Ca3(PO4)2
Reaksi ini dapat
berjalan pada suhu optimum 700 C dan pH
akhir masih berkisar 8.5 – 10. Kesetimbangan terjadi ketika reaktan dan produk sudah
seimbang konsentrasinya dan tidak akan berubah baik dari skala mikro maupun
makro. Setelah itu nira akan dialirkan kedalam sulfitator, dan direaksikan
dengan gas SO2. Reaksi antara nira dan gas SO2 akan membentuk endapan CaSO3. Dan ketika terjadi kesetimbangan
akan terbentuk endapan tersebut pada pH 7.
Kalsium karbonat dalam kesetimbgannya seperti reaksi
tersebut ialah sistem 2 komponen karena CaCO3 tidak menggambarkan
komposisi uapnya. (Karena tiga spesies dihubungkan oleh stoikiometri fraksi
maka konsentrasi kalsium oksida bukanlah variable bebas). Dalam hal ini C =2,
bisa dimulai dari kalsium karbonat murni atau jumlah yang sama dari kalsium
oksida dan karbon diokasida atau jumlah yang berubah-ubah dari ketiganya.
Nira jernih dialirkan ke proses selanjutnya
(Penguapan) untuk menaikkan konsentrasi dari nira mendekati konsentrasi
jenuhnya. Pada proses penguapan air yang terkandung dalam nira akan diuapkan.
Uap baru digunakan pada evaporator badan I sedangkan untuk penguapan pada
evaporator badan selanjutnya menggunakan uap yang dihasilkan evaporator badan
I. Penguapan dilakukan pada suhu konstan 700 C karena jika > 1250 C fase yang terjadi yaitu koloid karamelisasi.
Pada sistem nira ini merupakan sistem komponen C = 1 berupan cairan dan terjadi
perubahan fase menjadi nira kental dengan komposis uap air a’ sampai
a” dan seterusnya sehingga air teruapkan semua. Dapat dikatakan F =
3- P, 3 = 2 = 1.
Selanjutnya proses kristalisasi,
yaitu nira kental menjadi gula padat. Nira pekat diuapkan airnya sehingga
mendekati kondisi jenuhnya. Dengan pemekatan secara terus menerus koefisien
kejenuhannya akan meningkat. Pada keadaan lewat jenuh maka akan terbentuk suatu
pola kristal sukrosa. Pemasukan komposisi B (bibit gula) sebagai pembesaran
kristal. Komposisi ini harus lebih besar rasionya sehingga produk tidak larut
kembali atau menuju reaktan dan didinginkan agar kejenuhan naik dan sukrosa
banyak yang menempel pada Kristal. Proses selanjutnya ialah pemisahan,
dihasilkan Kristal gula dan tetes sebagai hasil samping.
Dalam pembuatan bioethanol (alcohol)
dari tetes sebagai bahan baku utamanya digunakan bakteri. Keseimbangan reaksi
berjalan ke arah produk jika konsentrasi bakteri berada pada kondisi optimum
bukan dengan konsentrasi yang tinggi ataupun rendah. Reaksi yang terjadi, yaitu
:
C12 H22 O11+ H 2 O → 2C2 H
12 O6 sukrosa
dihidrolisis menjadi glukosa
2C2 H 12 O6 → 2C2 H5 OH + 2CO2 glukosa dikonversi menjadi etanol dan CO2.
Komentar
Posting Komentar