Males garap tugas, ya udahlah coba
nulis beginian. Iseng siih, tapi coba tetep berbagi lah ya. Hehe … selamat
membaca.
Jadi gini. Kalo dipikir-pikir kasus
kematian Mirna yang katanya keracunan sianida cukup lama ya. Saya memang tidak
mengikuti secara kontinyu setiap lini masa persidangan Jessica hingga akhirnya
kemarin 27 Oktober 2016 Jessica divonis 20 tahun penjara. Entah apa yang membuat
penyelidikan ini begitu lama saya tak tau pasti. Entah antara pihak jaksa
penuntut dan pembela yang saling beradu argumen, menyaingi setiap bukti yang
ada, dan saling mendatangkan ahli psikolog, forensik dan klinis yang tentu
sudah pakarnya yang luar biasa hingga mengeluarkan uang dengan jumlah yang
sebesar-besarnya. Namun yang pasti hanya satu yang saya harapkan, jenazah Mirna
tenang di alam sana dan hanya kebenaran yang akan terungkapkan. Aamiiin.
Pertama
kali mendengar kematian Mirna adalah di saat saya sedang beristirahat menonton
TV dengan para laboran di labratorium kimia PLTU PJB UP Paiton. Pada saat yang
sama, bapak laboran yang duduk di sebelah saya malah sibuk membuka rak
bahan-bahan kimia seperti mencari suatu bahan. Dan ternyata beliau memegang
botol plastik berlabelkan KCN alias kalium sianida. “Bik, ini sianida
kan?”beliau bertanya. Jelas saya jawab, “Oh, iya pak. Disini juga ada ya. Hehe.
Tapi jangan coba-coba campur ke kopinya ya pak.” Kami tertawa. Sekali mendengar
kata sianida diberita, saya langsung teringat pada materi kuliah kimia
koordinasi. Sianida yang saya tau adalah suatu senyawa kompleks pengkhelat
dengan simbol CN. Tentunya paragraf selanjutnya saya bahas tentang sianida
bukan alasan Jessica meracuni Mirna. Hehe
Sianida
adalah kelompok senyawa yang mengandung gugus siano (−C≡N) yang terdapat di
alam dalam bentuk-bentuk berbeda. Sianida di alam dapat diklasifikasikan
sebagai sianida bebas, sianida sederhana, kompleks sianida dan senyawa turunan
sianida. Sianida bebas adalah penentu ketoksisan senyawa sianida yang dapat
didefinisikan sebagai bentuk molekul (HCN) dan ion (CN-) dari
sianida yang dibebaskan melalui proses pelarutan dan disosiasi senyawa sianida.
Konsentrasi HCN dan CN- dipengaruhi oleh pH. Pada pH di bawah 7,
keseluruhan sianida berbentuk HCN sedangkan pada pH di atas 10,5 keseluruhan
sianida berbentuk CN-. Reaksi antara ion sianida dan air yaitu
CN- + HOH à HCN + OH-
Sianida
sederhana dapat didefinisikan sebagai garam-garam anorganik sebagai hasil
persenyawaan sianida dengan natrium kalium, kalsium dan magnesium (kation
alkali bebas dan anion sianida).
NaCN
à Na+
+ CN-
Nah, menurut ahli forensik,
kandungan sianida yang ditemukan dalam lambung Mirna adalah garam sianida dalam
bentuk natrium sianida sebesar 0,2 mg/L.
Seperti apa sih bahayanya sianida
dalam tubuh?
Sianida
itu bersifat toksik. Tingkat ketoksikannya bergantung pada jenis, konsentrasi
dan pengaruhnya terhadap organisme hidup termasuk manusia. Umumnya berhubungan
dengan pembentukan kompleks dengan logam yang berperan sebagai kofaktor enzim.
Contoh, sianida berikatan dengan enzim yang mengandung logam yang berperan
dalam respirasi sehingga proses respirasi terganggu.
Sianida
dalam bentuk hidrogen sianida (HCN) dapat menyebabkan kematian yang sangat cepat
jika dihirup dalam konsentrasi tertentu (max. 546 ppm) menurut ASTDR, 2006.
Beberapa gangguan pada sistem pernapasan, jantung, sistem pencernaan dan sistem
peredaran darah. Selain itu dapat menstimulasi sistem saraf pusat yang kemudian
diikuti depresi, kejang-kejang, lumpuh dan kematian. Menurut berita yang saya
ikuti, sebelum Mirna meninggal dia mengalami kejang-kejang dan mengeluakan busa
dari mulutnya, bukan?
Garam
sianida memiliki ketoksisan yang lebih rendah dari HCN karena masuk ke tubuh
melalui mulut. Namun, dapat dianggap sebanding dengan HCN karena dapat
menghasilkan HCN. Dugaan reaksinya begini
NaCN à Na+ + CN-
CN- + HOH à HCN + OH-
Sianida dalam Singkong
Saya
kaget. Setelah mendengar dari dosen biokimia saya bahwa HCN juga merupakan
racun dalam singkong. Adanya bercak warna biru pada singkong mengindikasikan
adanya sianida tersebut. Semakin pekat warna birunya maka konsentrasi sianida
semakin tinggi. Semakin tinggi konsentrasi sianida maka rasa singkong semakin
pahit. Jika dikonsumsi lebih dari 50 ppm maka akan menjadi toksin (racun) dalam
tubuh.
Sebenarnya
tubuh manusia memiliki kemampuan melindungi diri terhadap HCN ini dengan cara
detoksikasi HCN menjadi ion tiosianat (SCN-) yang relatif kurang
toksik. Nah, ion tiosianat ini kadang juga dikeluarkan dari tubuh melalui
urine. Detoksikasi ini berlangsung dengan perantaraan enzim rodanase
(transulfurase) yang terdapat di dalam jaringan, teurtama hati. Namun demikian,
sistem enzim rodanase ini bekerja sangat lambat sehingga keacunan masih dapat
timbul. Kerja enzim ini dapat dipercepat dengan memasukkan sulfur ke dalam
tubuh. Secara klinis hal inilah yang dipakai sebagai dasar menyuntikkan natrium
tiosulfat pada pengobatan keracunan oleh singkong/HCN pada umumnya.
Berikut sifat fisika dan kimia dari
sianida
Berbentuk kristal atau serbuk,
granul, serpihan yang dapat menyerap uap air sehingga menjadi cairan, tidak
berwarna hingga putih, berbau seperti almond. Jika kring tidak berbau, tetapi
jika menyerap air berbau sianida.
Bersiat higroskopis.
Titik lebur 564°C
Titik didih 496°C
Tekanan uap 1 mmHg pada 817°C : 10
mmHg pada 983°
Berat jenis 1,595 pada 20°C (air=1)
pH dalam larutan bersifat alkali
kuat
indeks refraksi 1,452
viskositas 4 cP pada 30°C (larutan
20°C dan 82°C dalam air)
kelarutan dalam air 58% pada 20°C
dan 82% pada 35°C; larut dalam ammoniak, sedikit larut dalam alkohol.
Dengan
kasus sianida, telah lahir berbagai kata mutiara. Seperti, “jangan ada sianida
di antara kita”, “cinta ditolak, sianida bertindak” dan bla bla bla.
Sekitar itu aja
kali ya sedikit tentang sianida. Pada intinya, apa-apa yang berlebihan itu
memang tidak baik. Sianida menyebabkan kematian jika pada konsentrasi yang
tinggi. Pada kasus Mirna ini, deteksi ahli forensik dan klinis memang tidak melakukan
pemeriksaan secara menyeluruh terhadap tubuh Mirna termasuk autopsi. Jadi bisa
saja garam sianida tersebut sudah terionisasi dan diedarkan ke seluruh tubuh
oleh darah sehingga hanya konsentrasi sedikit yang ditemukan pada organ tertentu.
Baca selengkapnya di Sianida:
Klasifikasi, Toksisitas, Degradasi, Analisis (Studi Pustaka), M.M Pitoi, Jurnal
MIPA Unsrat online 4(1) 1-4
Komentar
Posting Komentar